Dari kejauhan, kulihat kelopak meranggaskan mahkotanya,
Satu demi satu, warna demi warna,
Hingga tertunduklah segala aroma dalam balutan tanda tanya,
“ Kemanakah angin ini bermuara ? apakah berakhir pada sebuah awal ?
atau bermula pada titik aba-aba ? “
Di atas sana, mendung sedang asyik menyembunyikan rintik,
Melipat rindu yang senantiasa tertitip pada gemuruh,
Mengemas khawatir penuh ratap yang kian riuh
Kemudian dia bertanya,
“ Bagaimana deras itu tercipta ? apakah dari luapan air yang tertahan ?
ataukah endapan dari debar yang tak diucapkan ? “
Jauh dari jangkauan awan,
gemintang masih tetap menorehkan cemerlangmu di kaki angkasa,
Menyelamimu hingga menerobos selaput kornea
Merangkum tapak tilas sejak napas pertama,
hingga tempat bersemayamnya do’a-do’a
Tidak ada pertanyaan kali ini,
Jemari telah mengerti,
bahwa riwayat yang telah dituliskan diam-diam
kini menjadi danau tempat segala tulisan tenggelam,
semakin dalam
semakin diam.
- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 27 November 2019.
Masyallah ... 👍👍
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus