19/11/19

Narasi Ilalang

Sepenggal sajak jalang, tengah dibacakan diantara kalut marut ilalang.
Tepat, ditepian halimun yang berkerumun,
Tatap pemuda itu berlarian, 
Mencari sudut-sudut persembunyian,

Dicelah bebatuan, 
dibalik karpet kemerahan,
ditengah telapak tangan, 
di jari-jari yang dikepalkan,
pada berkah-berkah yang dirapalkan
hingga, disela sorak tangis yang bersahutan.

“ Aku menemukanmu ! “
sahut detik pertama yang tertawa,
detik kedua, deras menyambangi pelupuk mata,
dan detik ketiga, hening bertamu tanpa mengenal kala.

Sepenggal sajak jalang, tengah dibacakan diantara kalut marut ilalang.
Pemuda itu kini mengunyah sisa langkah
Kelu lidah penuh liku luka kata-kata batinnya
Memuntahkan sumpah serapah, dia tertawa


Lekuk syaraf kian menebal
Parau tawa tersengal-sengal, sayup sayup perlahan redup
Tenggelam  diatas ranjang paling gulita
“ Indah sekali rasanya “ 
bisik aroma tanah dan ragam warna bunga kamboja
Sepenggal sajak jalang, tengah dibacakan diantara kalut marut ilalang.
“ Tahukah tuan, siapa yang paling merasa riang ?
Sepasang malaikat,
Mereka hanya tahu cara tertawa, ditengah tiap tangisan, diatas kain yang diikatkan, dan
disela-sela tanah pemakaman “
Aku tahu, 
Akulah sepenggal sajak jalang, yang tengah dibacakan dikerumunan ilalang

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 18 November 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar