29/10/19

RISALAH 4 MUSIM

Kembali menuju sekumpulan senja yang berjatuhan, 
Dari atas puncak seluruh ingatan,

Kudapati kau, berbisik pada hujan,
Mengarahkan ujung jemari, ke tempat terbitnya kemarau berkepanjangan,
Sebelum akhirnya menghilang, diantara semua kebisingan.

Kembali menuju kumpulan bunga bermekaran,
Dari balik batang pinus,

Kudapati kau, menjelma kupu-kupu
Kepak tersejuk diantara badai yang bersemi merdu,
Peretas musim terhebat pada arus angin yang tak menentu
Sebelum akhirnya menghilang, tertiup deru diambang waktu,

Dan, kembali pada seluruh awal mula,
Diantara celah tanah,

Kudapati kau memijaki bumi,
Penguasa seluruh kemarau,
Menjadikannya sejuk rintik ditengah badai
Menjelma titik terakhir dari proses kreasi penuh kuasa Sang Maha,
Dengan yakin, bahwa surga telah Tuhan turunkan disana.

Napasmu adalah ayat-ayat yang diberkahi,
Rautmu, serupa cetak biru paras bidadari,
Tuturmu, selayak-layaknya kitab yang dituliskan kembali,
Untukku baca berulang kali,
sebagai hamba paling sunyi dari jasad yang dihidupkan sekali lagi.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 29 Oktober 2019

28/10/19

MNEMONIK

Lagi-lagi, kutemukan dirimu dibalik rinai mentari,
Bermandikan pekat ingatan di kota lalu,
Berjalan perlahan, menuju tepian alir waktu
Yang kini terbujur kaku,

Lagi-lagi, kudengar suaramu diantara gemericik awan pagi,
Menyulam kembali bait-bait puisi
Menjadi sebuah titik penolakan sebuah elegi
Diantara kicau-kicau burung pengawal hari

Lagi-lagi, kudapati matamu melintasi rana cakrawala
Menelisik dicelah pepohonan
Menyinari bunga bermekaran
Merupa sinar jatuh diatas tanah tak bertuan

Lagi-lagi, segalamu mendatangiku,
Mencair menjadi rintik-rintik rindu,
Melebur dalam secangkir kopi dengan seduhan namamu
Melarutkannya kedalam deras yang bertamu

Hingga ampas, 
Menjadikanmu pahit paling mesra,
Ketika sosokmu mengembara didalam kepala.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 29 Oktober 2019

MNEMONIK : rumus atau ungkapan untuk membantu mengingat sesuatu

" Setiap indra memiliki fungsi terhadap responnya masing-masing,
Seperti kulit untuk menyentuh, mata untuk melihat, lidah untuk mengecap, dan   fungsi indra lainnya,
Namun hadirmu, menjadi sebuah sensor terkuat untuk mengaktifkan semuanya sekaligus, 
Ya, seluruh indraku tercipta untuk merespon berkali-kali hadirmu "

EPISODIK HIPOKAMPUS

Hingga langit menyeduh purnama untuk kesekian kali, melarutkan langkah-langkah bahu jalan,
Iring- iringan bising persimpangan,
Kilat-kilat lampu sepanjang perhentian,
Menjadi merdu yang mengiringi sepi disekujur diri.

Kau, masih kurawat dalam benak yang terhantam jarak,

Kusimpan di tempat paling layak, dibalik sepasang lengan yang lebam membiru
Sebagai lapisan paling lembut, dari kasar bidang kenyataan yang diacuhkan waktu

Lepasmu adalah separuh,

Lengkapmu menjadikannya utuh,
Bius menjalar menyeluruh, 
piara bagi keping-keping rindu yang kerap bergemuruh

Kau, masih menjadi kepak kupu-kupu dalam taman yang bersemayam dibalik rongga dada,

Debar  bersemikan bunga
Nektar menghiasi cabang pembuluh vena,
Padang rumput di tepian aorta
Dan cakrawala yang melintang diantara diafragma

Kau, masih menjadi riuh di udara, sebagai alasan utama peparu tetap bekerja sama.


Menyerap berbagai kemungkinan

Menyibak segala kekhawatiran


Kau, masih seperti sediakala,

Pesona paling nyata,
Menjadikannya alasan utamaku untuk tetap ada,

Selama ini,

Sejauh ini,

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 29 Oktober 2019


EPISODIK : koleksi ingatan yang unik dan terjadi pada masing-masing invididu dengan pemanggilan ingatan yang belum jelas

HIPOKAMPUS :  bagian otak besar yang memproses informasi dari luar untuk disimpan, termasuk emosi dan memori

" Karena, mengingat adalah bagian dari tantangan hidup,

Seperti cara menghirup udara, cara menikmati indah dunia, cara menyentuh lembut sutra dan cara-cara lainnya,
Dan kau, berhasil merangkum itu semua kedalam satu indra,
Disini, tepat dibalik rongga dada "

METABOLIS


Pada hiruk pikuk aroma kopi yang menyapa,
Kutemukan dirimu melayang diantaranya
Melarut sempurna pada bilah - bilah meja,
Hingga purnama terekstraksi sempurna

Sesekali pahit terdampar diantara papila,
bertamu di pangkal kerongkongan,
Lalu bersemayam pada ladang perasaan

Mungkin seperti ini cara kerja dari pencernaan,
Menelan yang ada di ingatan,
berakhir menjadi debar yang mengkhawatirkan

Serupa proses katalisasi ,
dengan rindu sebagai molekul yang berotasi tanpa henti,
Kemudian merupa cemas yang diterima inti hati.

Tak jarang,
kopi mampu membuat jemari bergetar,
Tetiba  bekerja sama dengan alam bawah sadar,
Menerjemahkan kilat-kilat yang teringat, menjadi pesan singkat tentang suatu kabar.

Mungkin seperti ini proses merindukan,
Tertampung pada batang tenggorokan, lalu menyekat seluruh pernafasan.
Mengikat saraf sensoris, dengan sosokmu sebagai gelisah paling manis.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 26 Oktober 2019

MEJA PERTAMA


Kopi sangat terampil dalam merangkum kisah disetiap tetesnya
Menyulam kenang dipekat harumnya
Menyisipkan rindu disetiap adukan, hingga larut sempurna diantara buih debar, dan pesan yang kemudian samar

Denting bergulir pelan
Lampu padam secara perlahan
Sepi lirih bersahutan
Hadirmu, merupa kopi ternikmat yang pernah kupesan

Seperti biasa, tanpa gula
Karena, raut senyummu masih lebih manis dibanding sukrosa

Tak lupa, tolong sajikan selagi panas,
Karena, akulah orang pertama yang ingin menenangkanmu dikala cemas.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam , 2019


26/10/19

KOAGREGASI MAGNETISME



Disajikannya secangkir pendar lautan,
Berdampingan sedikit ombak, dan kumpulan camar yang mencari persinggahan
Kita larut dalam jarak, suatu distilasi waktu yang memaksa diri untuk beranjak

Menyusuri setiap perhentian
Menyapa setiap persimpangan

Kita adalah penikmat rindu paling hebat,
Merupa detik-detik dan satuan lain yang senantiasa berkutat
Tanpa sadar, langkah-langkah mengejar tiap kepulan yang sporadis tersebar
Menemui kembali kepingan hati yang belum bersandar.
Sebelum semuanya tampak memudar.

Rindu menjadi tempat rekreasi paling menyenangkan
Sesekali merupa pecahan beling yang menghambat degup
Seringkali berpendar menerangi mimpi yang meredup.
" Bukankah hal itu yang mampu membuat setiap pasangan tetap hidup ? "

Menyiangi ilalang tanya,
Kita rancang beragam debar sebagai mahkota,
Untuk kemudian menjadi persembahan di masing-masing kepala,
Sebagai pengingat hingga masa tua,

Bahwa,
Sejauh apapun jejak mengangkasa,
Selalu ada pulang yang menanti untuk tiba.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 2019

KOAGREGASI : penyatuan tetes-tetes kabut menjadi awan yang besar
MAGNETISME : gejala fisika pada benda yang mampu menimbulkan gaya magnet

" Karena terik selalu membuat air menguap diudara,
Angin mampu menerbangkan entah kemana,
Dan kau selalu menjadi titik balik kepada semua awal mula"

SEBATAS EPIDERMIS



Dan ketika kepak-kepak berjatuhan,
Binar-binar perlahan terbit dalam kelopakmu,
Raut kemarau yang hampir badai
Panas terik diantara rinai
Dan secarik cemas yang enggan berdamai,

Khawatir terhebat dibalik diam,
Sepi terkuat dibandingkan batu pualam.

Diujung lesung yang kau sajikan,
Kutemukan sedikit deras disana,
Menyembunyikan diri dibalik pori-pori
Melurus paksakan ujung setiap lengkung
Pada satu manusia dengan rusuk yang berkabung.

Selama ini,
aku masih menjadi sepasang telinga,
menyisir berbagai cerita, adalah takdirku untuk tetap ada,
Penelisik terbaik saat gelisahmu mendera

Sejauh ini,
aku masih menjadi sepasang mata,
Menelaah bagian terdalam,
pada celah rumpang suaramu yang berlapis bungkam
Pengamat paling hebat,
dengan debar, yang semakin terjerat.

Sedini ini,
Aku masih menyiapkan barisan jemari,
Menguatkan pondasi sekali lagi
Karena,
Ketika deras menyambangi matamu kembali,
Atau kau tersesat dalam sebuah labirin sunyi,
Akan selalu ada genggamku, yang menemanimu berulang kali.
Lagi,
Kembali,
Tanpa henti.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 26 Oktober 2019

EPIDERMIS : Lapisan kulit terluar sebagai pelindung, tidak peka, tanpa pembuluh darah

" Mungkin kau sangka rasaku hanya sebatas epidermis, bagian terluar, mudah terganti,
Namun, kau harus tahu, akulah yang berada digaris terdepan saat terik, dan mendekap paling erat saat dingin menjerat "

20/10/19

PLATINA

Diantara luas Kalahari, hingga teriknya Sahara.
Telah jatuh setetes cahaya untuk mengajari dunia.
Lembut menawan mata
Tertuang penuh dalam kemilau sebuah cawan nan bijaksana

menyuburkan,
menyejukan,
Paling manis dibanding seluruh nektar yang Tuhan ciptakan.

Pada detik yang sama,
Gema tawa pertama memenuhi lintas kejora Santorini hingga Athena.
Penyejuk ditiap telinga
Peretas rangkai kata yang terbalut metafora.

Hadir sebagai kompas diawal hari
Jejakmu membuka pintu gerbang imaji
Menjadi setapak terakhir pada proses abreaksi, dengan landai disetiap sisi

Terbentur euforia yang menjemukan
Langkahmu turun perlahan
Menyusuri ruang-ruang konsonan
Memetik buah-buah percakapan, pada rimbunnya tatap-tatap saat sapa saling tertitip.

Kau, wanita bergaun emas
Untukmu kupalingkan kedip-kedip penuh cemas, dengan mustahil menyuguhkan luka sebagai sambut meriah suatu jumpa.
Darimu, semua indah terpampang nyata
Padamu, ketenangan akan selalu bermuara

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 18 Oktober 2019

15/10/19

SIKLUS ANGIOPATI



Menyibak tirai malam diantara riuh denting gelas.
Mengamati kursi-kursi untuk dinaikan, dan beberapa lampu yang sengaja dipadamkan sebagai penegas.
Bahwa ada rindu yang perlahan meranggas

Lalu merupa kristalisasi udara,
terhirup,
kemudian mengarus diantara selaput halus, dalam celah peparu yang berongga.
Tertahan dan berotasi disana,
Berputar perlahan, lalu mengikis permukaan yang terbuka,
Lalu , meregang tanya, tentang
Akankah aku menemukanmu kembali pada rentetan malam-malamku yang samar ? Ataukah kau hanya singgah sebagai bintang pertama dengan pendar yang tak wajar ?


Disanalah ia bertunas,
Diantara rimbunan kabar yang terbias, dan rasa penasaran yang tak tuntas.
Tumbuh dengan cepat, menancap dengan kuat,
Mencibir setiap oksigen, dengan nama yang terselip, diberat molekulnya sebagai pengikat.

Kusibak kembali tirai malam diantara riuh denting gelas.
Bersanding dengan secangkir kopi, dan rindu yang begitu ranum.
Menjalar sejak detak pertama,
Hingga ingatan disudut mata,

Tentang cambukan rindu yang berirama
Tentang tepisan candu diruang hampa
Tentang sosokmu yang bersembunyi dicelah aksara,
Dan tentang harapku yang tertidur lelap didalam pusara.

- Serdadu Pejuang Rasa, Bandung 2 September 2019.
siklus : putaran waktu yang didalamnya terdapat rangkaian berulang
angiopati : gangguan komplikasi yang menyerang pembuluh darah
“ pernahkah kau merasa sesak saat merindukan seseorang ?
diawali dengan rasa terbakar diantara rongga dada, kemudian menjalar ke sekujur raga,
seperti itulah rindu, yang berulangkali ditepis rindu.
akan tetap seperti itu, berulang dalam sebuah siklus “

14/10/19

DILATASI KAROTIS

Pernahkah, langit malam menghujam jantungmu dikeramaian sepi ?
Memutus aliran darah pada batang tubuh arteri,
Menghambat laju detak, 
Membius seluruh gertak,
pada perangai intuisi yang perlahan rusak.

Pernahkah, matamu dibutakan redup purnama tak berjarak ?
Mengunci tepat semua derai dibalik kelopak,
Menghapus rentang yang tak utuh,
Dengan seketika yang kemudian runtuh.

Rintik yang turun dipaksakan,
Mengalir deras, kemudian meluap dilapangnya permukaan.

Kabar pun datang menggeledah,
Menyisir tepian batas keadaan yang begitu membuncah,
Menyiasati maaf atas segala upaya, ditiap manik alveolus yang terpecah.

Aku pernah,
Mematenkan sosokmu sebagai yang terindah,
Untuk kemudian kau anggap segala tentangku hanyalah tempat singgah,
Terburu-buru berpindah, 
Bahkan sebelum terlontar ucap,
Sudah.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 10 Oktober 2019

Dilatasi : pemuaian suatu ruang, rongga dan sebagainya
Karotis : Arteri yang menyalurkan darah ke leher dan kepala

" Dikala tarikan napasmu pergi, 
Kau berhasil membuat sepasang peparu terkhianati, menghentikan setiap laju darah di pembuluh arteri, hingga detak yang di paksa untuk berhenti. Setidaknya,
Kau tahu, itulah alasan utamaku untuk mati "

02/10/19

AURUM

Dan pada akhirnya, waktu hadir kembali dengan kilauan lampu taman.
Fenomena paling dinanti, selepas pesta pora sebuah perjamuan.
Antara baris tanya sebuah rindu, dan untai langkah yang sukar bertemu.
Meluruh seketika.
memadat tiba-tiba.

Kemudian, dia berputar kembali,
Merangkum berbagai fenomena untuk kesekian kali,
Dengan pendar keemasan yang mengiringi,
Selalu pada poros yang sama,
Tetap memusat pada lengkung pertama

Kali ini dia enggan bersembunyi
Kali ini dia ingin dimaknai
Sebagai sebuah ucap yang meringkas jutaan arti
Sebagai sebuah jumpa dengan debar yang mengawali

Rindu semakin berpendar, walau temu terhadang sukar
Tatap-tatap kian berpencar, berselang do'a yang sporadis tersebar

Rindu selalu membuat detik dan detak terikat,
Maka, mari sejenak kita persingkat,
Tak perlu sebuah tanya perihal siapa yang paling sering terlibat
Karena, sejak detik pertama, 
Akulah yang sebenarnya telah terpikat.

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 1 Oktober 2019

EKSTRAKSI KISAH


Bagi para penguasa akhir hari
Meneguk kopi merupakan cara paling bijaksana untuk merayakan sepi
Menepis penat yang menghampiri
Merangkum setiap kisah diantara pendar lampu kedai yang setia disinggahi
Membicarakan hal sederhana hingga lupa membeli kata
Bersenandung mesra dalam naung purnama
Itu yang kusukai dari mereka
Kumpulan manusia yang gemar menyesap kata.

-Serdadu Pejuang Rasa, Batam 2019

CELOTEH KAFEIN

Ada sesuatu yang berkumpul diantara ruas lapang meja
Riuh dentingnya silih berganti dibawah temaram lampu kota
Pekat kentalnya merangkum huruf per huruf, kata per kata
Menyuling sebuah kalimat, menguap memenuhi ruang udara

Ada sesuatu yang bercerita diantara bilah kursi yang diturunkan
Sebuah sublimasi aroma perjalanan yang disempurnakan
Berkisah perihal lain pertemuan
Diiringi beberapa teguk ringan dari Kerinci yang sedikit malu untuk ditelan

Ada sesuatu yang menunggui kedai tanpa tuan
Bayang jabat perjumpaan
Melebur dalam intonasi detik dalam detak yang bersahutan
Menjadi pembuka jalan sebuah perbincangan pada tatap-tatap yang sedang dirayakan

Ada sesuatu diatas semua itu
Tumpukan meja kayu, seduhan Kopi Kerinci yang merayu, dan kumpulan jejak-jejak manusia yang bertamu

- Serdadu Pejuang Rasa, Batam, 2019