Hingga malam kembali terburu-buru,
Menyambut rekahan waktu yang terbunuh semu,
Gerimis perlahan turun pada pipi yang pantas, atas seluruh pilu yang melintas
Kursi yang kau duduki memburumu berkali-kali
Menghujam tajam ratusan tanya yang sama,
Perihal lara yang kerap menyusupi pembuluh vena dan semarak hujan di antara purnama
" Mana yang akan hujan pilih malam ini ?
Tandus pipi pipimu saat sepi,
Atau hatinya yang berdetak tak henti henti ketika sunyi menghampiri ? "
Hingga malam tatkala suara kehilangan nada
Tandus kembali hadir dalam bentuk prasangka,
Kepada sesiapa saja yang salah menjatuhkan rasa, atau rasa yang terlalu cepat menguap sebelum menjadi harapan yang nyata.
-Serdadu Pejuang Rasa, Batam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar