Tak ada yang mampu menerjemahkan sepi, sekalipun itu puisi
Hanya sebatas untaian kalimat yang larut dalam secangkir kopi,
Terbilas ludah, terserap untuk mengenyangkan segerombolan sel inti.
Mungkin, ada yang berharap menemui seseorang disana,
Diantara bilah-bilah kursi kayu,
dan dicelah-celah jarum jam yang kusebut dunia,
atau kilas balik garis maya
Mencari dan menemukan,
Terik dan kesejukan,
sepi dan keramaian,
teguk sampai habis lalu luapkan.
Mereka tak pernah mengerti,
Risalah yang telah tertulis, mungkin hanya sebatas imajinasi atau titik terahir dari sebuah intuisi.
Pecahkan disana, lalu jumpailah jarak yang terpisah,
Pesanmu akan terkirim menuju berbagai rumah dengan satu tuan tanah.
Teguk sampai habis, lalu luapkan semua,
Hingga kau menjadi yang paling purba,
dari putaran jarum jam, dan ciptaan yang tak pernah dianggap ada.
Semakin nyata,
semakin pudar,
- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 12 Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar