Debu bernyanyian diatas sebuah buku tanpa tuan
Terkadang, aroma lembut tinta itu masih berkeliaran
mengitari udara, bersinggungan dengan cahaya jatuh ditengah
kesunyian
Berselang ringkihan lantai kayu, yang terinjak langkah tanpa
haluan.
Semuanya menguap tanpa sebab,
menghilang diantara arus rotasi bumi, terlepas dari ikatan
dimensi
kemudian terombang-ambing menyusuri luka diatas perlintasan
pagi
termasuk kita,
semakin asing, dan menjadi-jadi
nama yang sudah tidak dikenali
temu yang tak pernah dicari
jabat yang kemudian ditinggal mati
apakah ini masih kesalahan Sang Waktu ?
yang dengan rela menjual alurnya, hanya demi menyandingkan
kaki kiri dan kanan
memotong setiap denting napasnya, demi menyatukan dua tokoh
tanpa peran
Kita pernah menjadi satu paragraf yang mengagumkan
mengadu kisah ditengah riuhnya pendar kopi dan aroma senja
mencipta semesta diantara deretan aksara yang tumpah diujung
pena
lalu merupa elegi paling merdu yang mengawal sebuah perayaan
dari perpisahan
dengan masing masing dari kita membawa sebuah robekan
Hingga, semuanya menguap tanpa sebab
menghilang diantara arus rotasi bumi, terlepas dari ikatan
dimensi
dan disini, buku itu masih tetap ada sebagai pelengkap sepi
saksi mati dari kisah yang tak mampu dibacakan kembali.
-
Serdadu Pejuang Rasa, Bandung ,2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar