Dijatuhkannya sebuah tulisan,
Permukaan dinding yang penuh lumut itu,
Kini menjadi hamparan kanvas yang begitu luas,
Tercatat dari senyawa Sang Penulis,
Rangkai katanya perlahan mulai berfotosintesis,
Tersusun rapi, membentuk siluet dari seorang gadis.
Ya
Dia yang membuatnya hidup sekali, dua kali, hingga berkali-kali.
Terlihat sejak coretan pertama yang sangat damai, hingga jejak apostrof yang berangsur menjadi bangkai.
" Engkau " sahutnya,
Ujaran tanpa filosofi yang merangkum banyak arti,
Selalu memelas untuk dicari, kerap berharap untuk dimaknai
Selang beberapa dinding,
Ia torehkan sejumput huruf pada bidang putihnya. Menjadi tunas ditengah lapang kosong ruang tanpa kuasa,
Terekstraksi dari kecewa seorang manusia,
Barisan hurufnya serupa bidang maya
Tercarik kemarau, luntur terbilas hujan yang menyapa.
Ya,
Dia yang membuatnya mati sekali, dua kali, hingga berkali-kali,
Terpampang dari jauhnya rentang spasi
Dengan ruang kosong yang ada disetiap sisi.
" E n g k a u ? ", jelasnya
Sebutan sarat makna, yang meluapkan tanda tanya,
Menjadi hantaman maha dahsyat sejak dalam kepala, hingga bertahan dan tetap bersarang, pada jasad manusia yang terbunuh kata-kata.
- Serdadu Pejuang Rasa, Batam 29 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar