Ada senyum yang tertinggal diantara celah udara
Berotasi dengan sempurna
Mengitari tiap keping oksigen untuk kuizinkan masuk bertamu kedalam setiap persimpangan arteria
Mengisi setiap sudut pada ruang tertutup
Memompa tekanan rasa, pada harapan yang sebelumnya pernah kututup
Semakin terhirup
Semakin liar denyut memaksaku hidup.
Sebuah sapa menghapus siapa
Sebuah nama mengukir rasa
Mengekor pada gelombang sunyi, yang terbunuh bisingnya kedipan netra
Dengan pesta pora gemintang yang terselenggara, tepat pada kedua bola mata.
Terik berupaya melipat pagi, detik melawan usia pembunuh bulan
Dengan jabatmu diawal hari, yang berhasil menyisipkan berbagai kemungkinan
Mengucur dari akar pori-pori, hingga meluap memenuhi seluruh permukaan
Batas langit menjelma konduktor dari pesan yang belum sempat tersampaikan
Berselang sebuah pertemuan diantara rentetan perpisahan yang sedang kulestarikan
Kita adalah dua tatap yang saling bertamu
Pada bait kata yang membuat masing masing kepala tertunduk malu
Berselang pamitmu, yang membuat langkahku lesu
Siapapun dibalik namamu
Kuharap, tanah mengijinkan kita untuk kembali tersipu, dan melanjutkan perbincangan kita yang pernah terputus waktu
Salam teruntuk wanita misterius kala itu
Dariku
Pengagum barumu
-Serdadu Pejuang Rasa, Bandung, 25 April 2019